Begitu melangkah ke dalam kabin pesawat, Anda secara otomatis meletakkan agama sepenuhnya pada pilot. Anda berasumsi bahwa awak pesawat akan disiplin mengikuti seluruh mekanisme buat menerbangkan Anda dan para penumpang lain dengan selamat sampai hingga ke tujuan.
Karena itu, waktu seorang pilot maskapai Citilink Indonesia tampak berjalan sempoyongan dan meracau sebelum menerbangkan pesawat, pantas jika kegelisahan ada di antara penumpang. Insiden ini terekam dalam sebuah video viral yg menyebabkan kegegeran pada media umum.
Terlambat dan ngelantur berujung PHK
Lampu merah muncul waktu pilot tadi datang terlambat walau masih dapat diterima. Tetapi ketika pilot Citilink nomor penerbangan QG800 jurusan Surabaya-Jakarta dalam 28 Desember 2016 ini terdengar misalnya meracau ketika menyampaikan pengumuman, kepanikan pun menyelimuti penumpang pesawat.
Penumpang menyuarakan kecurigaan bahwa pilot bernama Tekad Purna ini sedang dalam keadaan mabuk & meminta pergantian pilot. Tekad lalu segera diperiksa di klinik Bandara Juanda, Surabaya. Hasilnya negatif untuk konsumsi alkohol atau obat-obatan.
Meski begitu, VP Corporate Communication Citilink Indonesia Benny Butarbutar pada jumpa pers dalam 30 Desember pada kantornya mengungkapkan bahwa pihak perusahaan sudah tetapkan buat memberi sanksi kepada Tekad. Alasannya? Karena beliau dianggap nir menjalankan standard operating procedure (SOP) dengan baik sebagai akibatnya berisiko membahayakan keselamatan penumpang.
Mengikuti perkembangan modern perkara ini, Direktur Utama Citilink mengajukan pengunduran diri secara ekspresi karena merasa bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Popularitas profesi pilot karena gaji akbar
Tanggung jawab luar biasa akbar & standar tinggi yang perlu dipatuhi memang adalah risiko kerja setiap pilot. Namun pada sisi lain, prestige yg melekat plus iming-iming peluang berkelana ke banyak sekali kota & negara permanen berakibat profesi ini sebagai pilihan menggiurkan bagi kalangan belia.
Kompensasi moneter yg menarik tak dapat disangkal juga merupakan salah satu faktor primer, dengan kisaran standar honor di puluhan juta rupiah. Walau begitu, nominal ini tentu hanya mampu didapatkan pilot menggunakan jam terbang tinggi.
Skala perusahaan loka bekerja dan jenjang kualifikasi pun cukup berpengaruh. Trainee First Officer pada Lion Air, misalnya, memperoleh honor sebanyak Rp2,5 juta.
Setelah resmi melewati training, posisi co-pilot bisa meraup gaji sebanyak Rp22,lima juta, berdasarkan data menurut pegawai yg bekerja pada AirAsia Indonesia.
Perusahaan penerbangan ini juga memegang posisi gaji tertinggi bagi pilot dengan honor Rp47,lima juta per bulannya, diikuti oleh Garuda Indonesia dengan gaji Rp36 juta dan Lion Airlines sebanyak Rp10 juta.
Perusahaan yang melayani carteran pesawat dan helikopter, Pelita Air Service, memperlihatkan kompensasi Rp25,lima juta.
Titel pilot juga nir terbatas menjadi monopoli maskapai penerbangan komersil, tetapi juga perusahaan di bidang lainnya seperti Sinar Mas Agro Resources and Technology yang menggaji pilotnya sebesar Rp37,lima juta.